Jadi tadi sore aku pulang ke rumah mama. Mau refreshing. Orang refreshing ke tempat wisata, jalan-jalan, makan-makan, saya refreshingnya pulang ke rumah mama.
Kenapa rumah mama?
Di sana banyak ponakan yang bakal jadi teman main si bayi dewasa saya. Kesempatan untuk sejenak berleha-leha bebas dari rutinitas momong bayi. Apalagi dia juga sudah mulai lancar jalan, makin asyik diajak main sama anak-anak kecil, kitanya tinggal ngawasi, tanpa takut bentar merengek, bentar tantrum karena ditinggal masak, nyuci piring. Seperti saat di tempat tinggal kami biasanya.
Di rumah, si mamaku sang mama senior panutan, paling ligat dan sigap dalam urusan rumah. Aku si Mama jaman now yang pemalas, memanfaatkan itu untuk free dari tugas masak dan beberes. Anak durhaka, ya. Tapi cuma dua hari doang, kok. Toh, ada tidak ada aku, rutinitas mama tetap begitu. Aku ikutan nebeng aja. Terima kasih mama sayangku❤
Pulangnya ke rumah mama harus naik ojek. Jaraknya sekitaran 13 kilometer. Suami tercinta tidak bisa antar karena ada urusan. Tak apalah, yang penting ongkos dikasih, uang jajan selama di rumah mama juga dikasih. Alhamdulillah.
Ini juga sebenarnya alasan suka pulang sekali sebulan. Bisa mengantongi jajan lebih sekalipun keuangan sedang seret. Cuma buat jajan, bukan beli bahan masakan. Yeii!
Setelah serah terima beberapa lembar alat pembayaran berwarna biru pekat, akhirnya suami mengantarkan ke pangkalan ojek. Ojek online di sini belum ada. Adanya ojek pangkalan.
Kalau biasanya aku ketemu abang ojek yang kalem, kali ini ketemu kang ojek yang entah ramah atau cerewet, yang pasti selalu berusaha ngajak ngobrol.
Mulai dari cerita kalau dia ngojek cuma khusus Jum'at doang, karena di hari lain dia dagang jeruk. Lalu tanya-tanya anak gue udah berapa. Pas dijawab baru satu, dia nanya apa mau nambah? Lah, urusannya apa nanya-nanya. Pas gue jawab belum mau nambah, pengen nunggu yang satu ini gede dulu, dia ketawa.
Ketawanya itu, rada horor. Untungnya masih sore, coba kalau malam, auto merinding. Dia ketawa ngikik, dengan suara lengking. Gede lagi tu, suaranya. Uwuw!
Awalnya sih, lempem aja saya denger dia cerita. Paling cuma, "huu, ooh, hoo, apa?" Tapi akhirnya berasa kasihan, dia berusaha mengakrabkan diri masa saya cuekin, kan jahara. Saya ladeni jugalah akhirnya.
Kami terlibat obrolan santai seputar pengalamannya jual jeruk, dua hari belakangan. Lumayan laku 20 kilo dari 60 kilo, katanya. Dia bilang sebagai pemula itu mendingan. Belum bisa dibandingkan dengan pedagang lama, tapi baginya itu lumayan.
Saya yang bukan pedagang, rasanya biasa saja mendengar cerita itu, tapi karena dia mengulang-ulang dalam dua hari laku 20 kilo, sepertinya dia ingin mendengar tanggapan saya. Yaudah, saya puji dia.
Saya bilang kemampuan jualannya sebagai pemula, lumayan!
Sepertinya dia tidak puas dengan tanggapan saya itu. Dia ulang lagi cerita kalau sebagai pemula, laku 20 kilo dari 60 kilo itu sudah lumayan bagus, walau masih belum bisa dibandingkan dengan pedagang lama yang sudah punya langganan, tapi setidaknya kemampuan marketingnya sudah cukup bagus.
Saya cuma iya-iya saja. Bukan karena malas memujinya, bilang dia pedagang pemula yang hebat, seperti yang dia harapkan, tapi karena lagi irit ngomong. Mulut berasa kering. Lah, iya. Ngomong di motor, angin masuk mulut, obrolan juga sekedar ngobrol tanpa disuguhi minum dan cemilan. Ya, seret, lah!
Dia masih bercerita, masih ngajak ngobrol, tanya-tanya suami saya, kerjaannya. Rasanya pengen cepat sampai rumah. Bukan karena sebel sama abang ojek, tapi sudah haus maksimal. Pengen minum air segalon, galon 300 Mili liter!
Setelah perjalanan sedikit panjang, penuh obrolan basa-basi, sambil menahan haus di kerongkongan, dan sesekali senyum meringis mendengar cekikikannya, akhirnya saya sampai rumah juga. Alhamdulilaah.
Setelah turun, kasih selembar 20 ribuan. Abang ojeknya nanya kembaliannya berapa, aku bilang ambil aja, sesuai instruksi suami sebelum berangkat tadi. Abang ojeknya sumringah, bilang makasih. Makasih kembali, abang ojek. Semoga jualannya makin lancar, weh!
Nah, hikmah yang bisa diambil dari cerita saya tentang pengalaman pulang ke rumah mama hari ini adalah: tidak ada. Cuma ada beberapa saran, sebelum bepergian jangan lupa bawa air minum. Jaga-jaga kalau nanti ada yang ngajak ngobrol biar tidak kehausan dan mengganggu kelancaran mengobrolnya.
0 Comments