Tentang Saudara Miskin: Fenomena dalam Keluarga yang Mengiris Hati

By Rani Oktapiyonita - January 04, 2020


Sedang trending tulisan dengan tagar #Tentang_saudara_miskin. Tulisan tentang seorang saudara yang dipandang hina karena hidup dalam kemiskinan, berbeda dengan saudara-saudaranya yang lain. 

Dikisahkan cerita yang berlatar belakang waktu tahun 1999 ini, bercerita tentang Yayah yang riang gembira menunggu kedatangan Alimudin, kakak tertuanya yang seorang anggota kepolisian di Jakarta. Kakaknya itu terbilang sukses dan berada. Anak-anaknya juga telah memiliki penghidupan yang jauh berkecukupan. 

Layaknya keluarga di kampung, ketika anak atau saudara yang telah lama merantau sesekali pulang ke rumah, maka emak akan menyambutnya dengan mewah. Memasak masakan yang banyak dan enak. Membersihkan rumah dan menyiapkan persiapan terbaik untuk menyambut kedatangan tamu istimewa. 

Begitupun emak Yayah. Beliau menyiapkan segala hal dengan dibantu anak ke-enamnya, Yayah, yang kebetulan tinggal hanya dua kilometer dari rumahnya. Yayah membantu mengantar padi ke penggilingan, memasak, membersihkan rumah, memotong ayam dan menangkap ikan. Hanya dia. 

Karena memang dalam sebuah keluarga, diantara adik-beradik pasti ada yang paling bisa diandalkan dalam urusan membantu emak dalam berbagai keperluan. Dan dalam keluarga Yayah, Yayah-lah orang yang bisa diandalkan itu, meski dua orang kakaknya ada yang tinggal tidak jauh dari rumah emak-nya.

Cerita mengalir indah hingga Yayah menceritakan kehidupannya yang berada di bawah garis kemiskinan. Memang, orang dengan kehidupan seperti Yayah banyak kita temui dalam kehidupan sehari-hari, bahkan kita sendiri ada yang mengalami. 

Namun suasana cerita berubah mengharu biru saat Yayah masih menggoreng ikan dan adiknya Maryam memanggilnya untuk ikut berkumpul di ruang tamu. 

"Temuin dulu Kang Ali-nya. Jangan ngumpet mulu di dapur. Giliran tar bagi-bagi oleh-oleh aja selalu yang paling semangat." 

Begitu celetukkan Maryam yang tidak hanya membuat luka hati Yayah. Tapi menyulut emosi pembaca. Belum lagi ketika Alimudin dan istrinya memeluk sayang Yayah, karena mereka tahu Yayah yang paling rajin dan bekerja banyak untuk membantu emak menyambut kedatangan mereka. Kakak Yayah yang lain lagi-lagi mengeluarkan kata-kata sindiran. Kata cemoohan merendahkan Yayah yang miskin, bekerja membantu emak karena mengharapkan oleh-oleh dari kakaknya, anak-anaknya rakus makan di rumah emak, bahkan suaminya dikatakan sebagai suami tidak berguna. 

Bagian inilah yang membuat sesak dada yag dirasakan Yayah, ikut dirasakan oleh pembaca. Tidak heran, dalam waktu 15 jam, tulisan Nai Yati ini, telah ditanggapi oleh lebih dari 24.000 pengguna Facebook. 

Tulisan lengkapnya bisa dibaca di sini: #Tentang_Saudara_Miskin


Tulisan tentang saudara miskin ini sebenarnya sederhana. Namun gambaran yang terjadi dalam cerita banyak kita jumpai dalam kehidupan nyata sehari-hari. Bagaimana adik beradik yang tidak semuanya sukses saat telah sama-sama berkeluarga. Bagaimana saudara yang hidupnya susah, menjadi hinaan dan dipandang sebelah mata oleh saudara yang hidupnya berkecukupan.  

Bagaimana ketika ada saudara yang telah jaya, baik hati dan suka memberi, maka saudara yang lain akan berusaha mendekati, bahkan iri hati kepada saudaranya yang mendapat perhatian lebih dari saudara yang sukses tadi. 

Seperti yang terjadi pada Yayah.

Yayah disayang oleh kakaknya Alimudin. Oleh-oleh dilebihkan, bahkan anak-anaknya dibelikan baju baru dan dibawakan baju lunsuran sepupunya yang masih bagus. Hal ini menimbulkan kedengkian tersendiri di hati kakaknya yang lain dan adiknya sendiri, Maryam. 

Padahal sebaiknya adik beradik tidak boleh begitu. Sebagai saudara, apalagi sekandung, sepatutnya saling bahu-membahu membantu saudara yang kesusahan. Boro-boro menghina, lebih baik carikan jalan keluar untuk masalah yang dihadapi saudara. 

Seperti yang orang tua saya sering pesankan kepada kami, "Kalian bersaudara jangan sampai bertikai. Jika diantara kalian ada yang kesusahan, bantu. Jika tidak bisa membantu dengan uang, bantu dengan pikiran. Bantu mencari solusi. Bantu dengan semangat."

Bagaimanapun, kakak beradik adalah hubungan yang tidak bisa dipisah. Harta benda tiada artinya dibanding hubungan darah.

Baca Juga: Jika Ibu dalam Cerita "Sulung yang Kubenci" ada di Dunia Nyata



  • Share:

You Might Also Like

0 Comments